Selasa, 06 Januari 2015

risiko dengan probabilitas

BAB I
PENDAHULUAN

I.                   Latar belakang
Dalam teori ekonomi kita sering mengabaikan dua masalah pokok yang sering terjadi dalam dunia nyata, yaitu masalah ketidakpastian dan ketidaksempurnaan dimana keduanya saling berhubungan, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan.
Selama ini kita selalu mengasumsikan bahwa konsumen, produsen, pekerja, dan sebagainya mempunyai informasi yang lengkap tentang pilihan-pilihan yang cocok buat mereka. Padahal dalam kenyataanya tidak demikian, Konsumen harus mencari harga yang paling rendah. Pekerja harus mencari informasi tentang pekerjaan alternatif. Semua persoalan tersebut membentuk suatu bidang studi yang disebut ekonomi informasi (economics of information), yang merupakan suatu komoditi yang hanya bisa diproleh mencari pekerjaan alternatif karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Dengan adanya risiko dan probabilitas tersebut maka diperluakan teori pengambilan keputusan untuk menyusun bagaimana selanjutnya tindakan perusahaan.
Dalam pengambilan suatu keputusan terdapat hal yang perlu kita ketahui yaitu adanya suatu keputusan yang bersifat pasti dan ada yang bersifat tidak pasti (certainty dan uncertainty). Penentuan certainty dan uncertainty sangat terkait dengan bagaimana suatu kemungkinan kejadian itu dapat diukur (probabilitas). Probabilitas diistilahkan sebagai pengukuran kuantitas berbagai kemungkinan kejadian yang tidak pasti.

II.                Rumusan Masalah
A.    Bagaimana hubungan risiko dengan probabilitas ?
B.     Bagaimana sikap terhadap risiko dan probabilitas ?
C.     Langkah-langkah pengambilan keputusan ?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hubungan risiko dengan probabilitas
1.      Pengertian Risiko
Resiko adalah kejadian yang tidak diinginkan merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi tetapi tidak selalu dapat dihindari. Resiko juga dapat diartikan sebagai kata atau kondisi yang hampir selalu dihadapi dalam hidup, tidak mungkin manusia hidup tanpa resiko, begitu juga dengan bisnis atau usaha.
Berikut ini hal-hal yang berhubungan dengan resiko. Resiko adalah:
a.       Ketidak pastian mengenai sesuatu.
b.      Kejadian yang tidak diinginkan.
c.       Sesuatu yang terjadi diluar tujuan semula.
d.      Kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan.
Besar kecilnya resiko dapat diukur dengan konsep statistik, yaitu teori probabilitas (Pi). variance (σ2) / standar deviasi (σ). Probabilitas (Pi) adalah peluang timbulnya kejadian anyara 0 < Pi < 1, Besarnya probabilitas suatu kejadian antaraa 0 dan 1. Jumlah probabilitas dari seluruh kejadian yang mungkin terjadi adalah 1 (ΣPi = 1).
Jenis kejadian (event) menurut probabilitas adalah
·         Kejadian yang pasti terjadi (certainty event) bila Pi = 1
·         Kejadian yang tidak mungkin terjadi (impossible event) bila Pi = 0
·         Kejadian yang mungkin terjadi (possible event) bila 0 < Pi < 1




2.      Pengertian probabilitas
Istilah Probabilitas digunakan untuk mengukur secara kuantitatif berbagai kemungkinan kejadiannya yang tidak pasti. Konsep probabilitas ini dibagi dua yaitu  probabilitas obyektif dan probabilitas subyektif. konsep yang lebih banyak digunakan adalah probabilitas subyektif.
a.       Probabilitas Obyektif yang merupakan suatu konsep yang didasarkan pada frekuensi relatif dalam jangka panjang.
b.      Probabilitas Subyektif dapat diterjemahkan dengan cara orang bertaruh, misalkan taruhan sepak bola, dsb.
Probabilitas subjektif dapat dimisalkan apabila kita menyaksikan pertandingan basket antara Fakultas ekonomi dan Fakultas Hukum. Jika kita mengatakan bahwa:
1.      Probabilitas FE menang                      = ½
2.      Probabilitas FH menang                      = ¼
3.      Probabilitas pertandingan seri             = ¼
 Maka kita bersedia bertaruh 2 banding 1 untuk FIA melawan FH dan kita bertaruh 1 banding 1 untuk seri. Dalam hal ini tentu saja secara konsisten kita bersedia membayar taruhan 2 dibanding 1 bila terjadi seri.
3.      Hubungan risiko dengan probabilitas
Frant Knight (1992) menggambar suatu hubungan antara risiko dengan ketidakpastian. Knight melukiskan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang beresiko jika kita dapat menentukan probabilitas obyektif yang dapat ditentukan. Knight menyimpulkan bahwa keputusan enterpreneurial dan laba termasuk teori ketidakpastian, bukan risiko. Permasalahan dalam analisis  Knight bahwa ia tidak mengembangkan suatu teori ketidakpastian. Teori probabilitas berdasarkan keyakinan-keyakinan obyektif telah berkembang saat knight menulis bukunya. Oleh karena itu kita akan menggunakan istilah ketidakpastian untuk menggambarkan setiap  keadaan dimana probabilitas dari suatu hasil tidak sama dengan 0 atau 1.
Variabel Random merupakan variabel yang memiliki nilai tidak pasti namun telah mempunyai distribusi probabilitas. Misalnya sebuah perusahaan tidak dapat meramalkan labanya tetapi dapat memperkirakan laba tersebut dalam probabilitas tertentu. Laba perusahaan disebut variabel random.
Jika variabel random X terdiri dari X1, X2,…..Xn denan probabilitas P1, P2,….Pn (ingat bahwa P1+P2+…+Pn = 1). kemudian nilai harapan (expected value) dari variabel random dituliskan dengan E(X) maka persamaannya dituliskan sebagai berikut :
E(x) = P1.X1 + P2.X2 + … + Pn.Xn



Misalkan perusahaan Araya tidak dapat memastikan berapa laba yang akan diperoleh tahun depan, tetapi perusahaan tersebut yakin mempunyai suatu peluang yang sama dengan yang mereka peroleh tahun ini, dan jika berubah , perubahannya pun akan sama yakni naik Rp. 100 juta atau turun 100 juta. Bila laba tahun ini sebesar Rp. 400 juta, maka kita dapat menghitung distribusi probabilitas laba pada tahun depan
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 400 juta = ½
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 300 juta = ¼
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 500 juta = ¼
Laba yang diharapkan adalah :
E (laba) = ½ (400) + ¼ (300) + ¼ (500) = Rp. 400 juta

Misalkan perusahaan tersebut memiliki bayangan mengenai investasi alternatif yang mempunyai distribusi probabilitas laba sebagai berikut :
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 400 juta              = ½
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 0 juta                  = ¼
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 800 juta              = ¼
Jika laba berubah, maka perubahannya mempunyai kesempatan yang sama, naik Rp. 400 juta atau turun Rp. 400 juta. Maka :
E (laba)  =  ½  + ¼ (0) + ¼ (80) = Rp. 400 juta
Jadi, dua kasus diatas sama-sama mempunyai laba yang diharapkan sebesar Rp. 400 juta, tetapi kasus yang terakhir berisiko lebih tinggi daripada kasus sebelumnya. Oleh karena itu harus mengukur resiko tersebut. Resiko tersebut ditunjukkan oleh varian dari laba yang diharapkan.
Dalam analisis ketidakpastian dapat menggunakan nilai harapan dan varian dari laba, harga, biaya, dan sebagainya. Biasanya perusahaan dapat menaikkan nilai laba harapan hanya dengan melakukan investasi yang berisiko lebih tinggi, yang berarti akan menaikkan varian dari labanya. Akan tetapi, investasi yang berisiko lebih tinggi tidak selalu menaikkan nilai laba harapan dengan tingkat yang sama dengan risikonya.

B.     Sikap terhadap risiko
Beberapa orang sangat senang mengambil risiko. Bagi mereka risiko tidaklah buruk, tetapi sesuatu yang bagus. Sementara yang lainnya indiferen. Namun, ada juga orang yang tidak suka mengambil risiko. Orang yang tidak suka mengambil risiko disebut risk averse.

Dalam menjalankan usaha atau bisnis perusahaan ,manajemen dalam menghadapi resiko dapat menentukan sikap terhadap resiko tersebut, yaitu :
·         Seseoarang disebut risk everter bila dia tidak bersedia ikut dalam suatu permainan, taruhan yang fair.
·         Seorang disebut risk neutral bila dia tidak bisa dipengaruhi untuk menolak atau mengikuti taruhan yang fair.
·         Seorang disebut risk lover atau risk seeker jika dia sangat senang mengikuti taruhan yang fair.
Bebarapa cara yang lazim dalam menghadapi resiko :
1.      Menghindari resiko (avoiding risk) yaitu menghindari penyebab timbulnya resiko
2.      Mengurangi resiko (reducing risk) yaitu memperkecil kemungkinan /probabilitas untuk terjadinya resiko tersebut atau memperkecil kerugian atau akibat resiko yang mungkin terjadi
3.      Mengasuransikan resiko (shifting the risk into an insurance company) yaitu memindahkan resiko yang bakal terjadi ke perusahaan asuransi.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh resiko yang diasuransikan (insurable risk) adalah :
1.      Peluang (probability) terjadinya resiko tersebut harus dapat diperkirakan (predictable)
2.      Besarnya kerugian yang timbul oleh resiko tersebut harus dapat terukur (measurable)
3.      Resiko atau kerugian tersebut terjadi tidak direkayasa
4.      Resiko atau kerugian tersebar luas disemua wilayah
5.      Perusahaan asuransi berhak untuk menerima atau menolak resiko yang akan diasuransikan
6.      Perusahaan asuransi dapat menolak untuk membayar resiko yang terlalu kecil sehingga biaya memproses tagihan /klaim lebih besar dari tagihan.
  1. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan
Secara umum, proses pengambilan keputusan dibagi menjadi 6 langkah, yaitu :
  1. Pembatasan Masalah
Menentukan dengan jelas batasan-batasan keputusan apa yang akan dibuat.
  1. Penentuan tujuan
Pada tahap ini ditanyakan apa tujuan pengambil keputusan, bagaimana seharusnya si pengambil keputusan menilai hasilnya dibandingkan dengan tujuannya, bagaimana jika si pengambil keputusan ingin mencapai tujuan yang bertentangan satu sama lain.
  1. Pencarian Alternatif
Pada tahap ini ada beberapa pertanyaan diajukan apa alternatif tindakan untuk pencapaian tujuan, variabel apa saja yang dapat kita kendalikan, apa kendala yang kita hadapi dalam pencapaian tujuan.
  1.  Peramalan Dampak
Pada tahap ini mengamati: bagaimana konsekuensi dari setiap alternatif pilihan, jika hasil yang diharapkan tidak pasti bagaimana sifatnya, dapatkan informasi yang lebih baik diperoleh untuk meramalkan suatu hasil. Peramalannya bisa dengan:
-          perhitungan aritmatis sederhana,
-          menggunakan model statistik atau ekonometrika,
-          menggunakan model deterministik jika keadaannya pasti,
-          model probabilistik jika pengambilan keputusan dalam keadaan yang mengandung risiko atau ketidakpastian.

  1. Penentuan Pilihan
Setelah semua analisis selesai dilakukan, maka kemudian menentukan pilihan yang paling diinginkan. Jika semua variabel dalam proses peengambilan keputusan (misalnya tujuan dan hasilnya) bisa dikuantifikasikan, maka dapat menggunakan beberapa metoda tertentu untuk menetapkan keputusan yang paling optimal, yaitu:
-          analisis marjinal,
-          programasi linier,
-          pohon keputusan (decision trees),
-          analisis manfaat-biaya, dsb.
  1. Analisis Sensitivitas
Pada tahap akhir ini perlu diperhatikan : bagaimana sifat dari masalah yang menentukan pilihan tindakan yang optimal, bagaimana pengaruh perubahan keadaan-keadaan tertentu terhadap keputusan yang optimal yang diambil, apakah pilihan tersebut peka terhadap perubahan-perubahan variabel ekonomi utama yang terabaikan oleh si pengambil keputusan tersebut. Analisis sensitivitas menjelaskan bagaimana suatu keputusan yang optimal akan berubah jika fakta-fakta ekonomi utama berubah.
Analisis sensitivitas memiliki d tiga kegunaan yaitu:
a.       memberikan informasi faktor-faktor kunci dalam permasalahan yang mempengaruhi keputusan,
b.        menelusuri pengaruh perubahan-perubahan variabel yang tidak diyakini manajer, dan
c.       menghasilkan solusi dalam kasus proses pengulangan pengambilan kepuutusan jika keadaan-keadaan tertentu dimodifikasi.


BAB III
KESIMPULAN

A.    Hubungan risiko dengan probabilitas
Hubungan risiko dengan probabilitas. Frant Knight (1992) menggambar suatu hubungan antara risiko dengan ketidakpastian. Knight melukiskan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang beresiko jika kita dapat menentukan probabilitas obyektif yang dapat ditentukan. Knight menyimpulkan bahwa keputusan enterpreneurial dan laba termasuk teori ketidakpastian, bukan risiko.

B.     Sikap terhadap risiko
    1. Menghindari resiko (avoiding risk) yaitu menghindari penyebab timbulnya resiko
    2. Mengurangi resiko (reducing risk) yaitu memperkecil kemungkinan /probabilitas untuk terjadinya resiko tersebut atau memperkecil kerugian atau akibat resiko yang mungkin terjadi
    3. Mengasuransikan resiko (shifting the risk into an insurance company) yaitu memindahkan resiko yang bakal terjadi ke perusahaan asuransi.
  1. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan
1.      Pembatasan masalah
2.      Penentuan tujuan
3.      Pencarian Alternatif
4.      Peramalan Dampak
5.      Penentuan pilihan
6.      Analisis sensitivitas



PENUTUP

Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai  Risiko Probabilitas dan Pengambilan Keputusan secara ringkas. Semoga uraian diatas bisa menambah sedikit wawasan keilmuan Ekonomi. Tak ada gading yang tak retak oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif selalu penulis harapkan untuk perbaikan kedepan.






REFERENSI

Arsyad, Lincolin. Ekonomi Manajerial. 2014. Yogyakarta : BPFE
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha dengan tujuan untuk merencanakan produk, menetukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen. Dalam bidang pendidikan, pemasaran dapat meliputi perencanaan produk pendidikan, penentukan harga (besarnya boaya pendidikan), dan mempromosikan produk pendidikan dari suatu lembaga yang bersangkutan.
Perencanaan dibuat agar sumber daya manusia, dana, perlengkapan dan waktu dapat diperdayagunakan dengan sebaik-baiknya. Dalam manajemen pemasaran terdapat manajemen penjualan yang akan mengatur atau merencanakan sumber daya yang ada diwewenangnya. Penjualan adalah suatu kegiatan yang dimulai ketika suatu produk telah jadi. Penjualan adalah ilmu atau seni yang mempengaruhi orang lain agar bersedia membeli barang atu jasa kita. Pemasaran  atau penjualan secara mudahnya adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat khususnya kepada pembeli potensial.

B.     Rumusan Masalah

a.       Definisi Manajemen Penjualan ?
b.      Tujuan dan Proses Mnajemen Penjualan ?
c.       Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Penjualan ?
d.      Perbedaan Antara Penjualan dan Pemasaan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Manajemen Penjualan
Manajemen penjualan adalah untuk memaksimalkan penjualan dengan biaya yang masuk akal, sementara juga memaksimalkan keuntunagan, juga yang mempunyai banyak tanggung jawab dan keputusan penting lainnya.[1]
Penjualan adalah ilmu atau seni yang mempengaruhi orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan. Tujuan penjualan adalah terjadinya transaksi yang mendatangkan keuntugan. Keuntungan itu mengalirkan suatu barang, jasa dan aliran uang antara penjual dan pembeli.[2]
Adapum definisi yang lainnya menurut :
Ø  J. Darlymple Douglas “manajemen penjualan adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian progam-progam kontak tatap muka yang dirancang untuk mencapai tujuan penjualan perusahaan.”
Ø  Basu Swastha “manajemen penjualan adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian progam-progam tatap muka, termasuk pengalokasian, penarikan, pemilihan, pemotivasian yang dirancang untuk mencapai tujuan penjualan.”
Ø  Manajemen Penjualan adalah tentnag menciptakan lingkungan yang mendukung supaya tenaga penjualan dapat berkembang dan memberikan yang terbaik.

B.     Tujuan dan Proses Manajemen Penjualan.
Manajemen penjualan yang efektif dimulai dengan penentuan tujuan penjualan. Tanpa tujuan yang yang hendak tidak dicapai, kinerja tenaga penjualan akan tidak begitu baik dan perusahaan akan mengalami kegagalan. Tujuan penjualan harus disebutkan secara jelas dan cermat.
Manajemen penjualan yang hebat tidak hanya memfokuskan pada tujuan penjualan tetapi juga pada proses keseluruhan yang mendorong organisai penjualan mereka untuk mencapai tujuan. Kegiatan pengelolaan dimulai dari perencanaan penjualan meliputi pengenalan pasar dan peran mendesain organisasi dan struktur organisasio penjual, meramalkan penjualan menentukan objektif penjualan dan manajemen waktu dan didalam penentuan tujuan harus diturunkan dari tujuan perusahaan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi. Tingkatan tujuan penjualan terdiri dari tujuan koperasi unit bisnis, pemasaran dan penjualan yang beberapa tingkatannya sampai ketujuan individu tenaga penjual seperti :
1.      Dari teman-teman disekitar kita
2.      Dari teman saudara kita
3.      Orang-orang yang bertemu kita setiap hari
4.      Referral dari pelanggan yang senang dan puas
Tahapan-tahapan Penjualan :
1. Prospecting.
2. Perencanaan pra penjualan.
3. Presentasi penjualan.
4. Mengatasi keberatan prospek.
5. Menutup penjualan.

C.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Penjualan
Adapun hal yang mempengaruhi penjualan adalah :
a.       Kondisi dan kemampuan penjual
Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua.Penjual harus dapat menyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan.untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yaitu :
a)      Jenis dan karakter barang yang ditawarkan
b)      Harga produk
c)      Syaratb penjualan, seperti : pembayaran, pengantaran, pelayanan sesudah penjualan, garansi dan lain-lain.

b.      Kondisi Pasar.
Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:
a)      Jenis pasarnya
b)      Kelompok pembeli atau segmen pasarnya
c)      Daya belinya
d)     Frekuensi pembelian
e)      Keinginan dan kebutuhan
c.       Modal
Akan lebih sulit bagi penjualan barangnya apabila barang yang dijual tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual.penjual harus memperkenalkan dulu membawa barangnya ketempat pembeli.untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha,seperti: alat transport, tempat peragaan baik didalam perusahaan maupun di luar perusahaan,usaha promosi,yang hanya dapat dilakukan apabila penjualan memiliki sejumlah modal yang diperlukan.
d.      Kondisi Organisasi Perusahaan.
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian penjualan yang dipegang orang-orang tertentu yang ahli di bidang penjualan.

  1. Perbedaan Antara Pemasaran dan Penjualan
Pada dasar pemasaran dan penjualan itu sama, yaitu sama-sama menjual atau menawarkan produk. Akan tetapi jika diliat dari sisi yang lebih dalam lagi pemasaran dan penjualan memiliki perbedaan.

Menurut William J. Staton memberikan pendapat perbedaan antara pemasaran dan penjualan adalah sebagai berikut :[3]
No.
PEMASARAN
PENJUALAN
1.
Tekanannya pada keinginan dan kebutuhan
Tekanannya pada produk
2.
Perencanaan berorientasi ke hasil jangka panjang, berdasarkan produk-produk baru
Perusahaan pertama-tama membuat produk dan kemudian bagaimana menjualnya.
3.
Perusahaan pertama-tama menentukan apa yang diinginkan konsumen dan kemudian menbuat dan menyerahkan produk tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen.
Perencanaan berorientasi ke jangka pendek, berdasarkan produk dan pasar.
4.
Berakhir pada kepuasan konsumen
Manajemen berorientasi pada laba volume penjualan
            Dari kedua perbedaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan berawal dari produk dan berakhir pada ketentuan atau laba, sedangkan pemasaran berawal dari keinginan konsumen berakhir pada kepuasan konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut  :



Secara Visual dapat digambarkan seperti :
a)      Konsep Penjualan
Produk → Penjualan dan promosi → Laba Melalui Jumlah Penjualan
b)      Konsep Pemasaran
Kebutuhan → Pemasaran Terpadu → Laba Melalui Kepuasan Pembeli
            PEMASARAN lebih mempriorotaskan kebutuhanan para konsumen sebelum membangun sebuah barang/produk dengan megutamakan barang tersebut dan dapat memuaskan kebutuhan para konsumen dengan jangka yang panjang.
sedangkan PENJUALAN lebih di fokus kan kepada layanan dengan langsung berinteraksi dengan cara memberikan pelayanan yang dapat memuaskan konsumen, dan mampu mengatasi setiap keluhan dari konsumen. hal ini dilakukan agar dapat mendapatkan pelanggan konsumen sebanyak mungkin penjualan dengan sedikit kepuasan konsumen/pelanggan serta untuk mencari keuntungan atau laba.[4]













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ø  Manajemen penjualan adalah untuk memaksimalkan penjualan dengan biaya yang masuk akal, sementara juga memaksimalkan keuntunagan, juga yang mempunyai banyak tanggung jawab dan keputusan penting lainnya.[5]
Ø  Proses pemasaran dan penjualan yang beberapa tingkatannya sampai ketujuan individu tenaga penjual seperti :
a)      Dari teman-teman disekitar kita
b)      Dari teman saudara kita
c)      Orang-orang yang bertemu kita setiap hari
d)     Referral dari pelanggan yang senang dan puas
Ø  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Penjualan
1.      Kondisi pasar
2.      Kondisi penjualan
3.      Modal
4.      Kondisi struktur organisasi
Ø  Perbedaan Antara Pemasaran dan Penjualan
a)      Konsep Penjualan
Produk → Penjualan dan promosi → Laba Melalui Jumlah Penjualan
b)      Konsep Pemasaran
Kebutuhan → Pemasaran Terpadu → Laba Melalui Kepuasan Pembeli


DAFTAR PUSTAKA
           
ü  Lam, Hair, McDaniel. Pemasaran. 2000. Salemba Empat. Jakarta